Unsafe behavior dapat diminimalisasi dengan melakukan dengan beberapa cara, tetapi selalu kandas, ini kenapa?
- Yang pertama, menghilangkan bahaya ditempat kerja dengan merekayasa faktor bahaya atau mengenalkan kontrol fisik. Cara ini dilakukan untuk mengurangi potensi terjadinya unsafe behavior, namun tidak selalu berhasil karena pekerja mempunyai kapasitas untuk Unsafe behavior dan mengatasi kontrol yang ada.
- Kedua, mengubah sikap pekerja agar lebih peduli dengan keselamatan dirinya. Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa perubahan sikap akan mengubah perilaku. Berbagai upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kampanye dan safety training. Pendekatan ini tidak selalu berhasil karena ternyata perubahan sikap tidak diikuti dengan perubahan perilaku.
- Ketiga, dengan memberikan punishment terhadap unsafe behavior. Cara ini tidak selalu berhasil karena pemberian punishment terhadap perilaku unsafe harus konsisten dan segera setelah muncul, hal inilah yang sulit dilakukan karena tidak semua unsafe behavior dapat terpantau secara langsung.
- Keempat, dengan memberikan reward terhadap munculnya safety behavior. Cara ini sulit dilakukan karena reward minimal harus setara dengan reinforcement yang didapat dari perilaku unsafe.
Lalu Bagaimana Strateginya?
Menurut penelitian Cooper, Pendekatan Behavior Safety untuk Mengurangi Unsafe Behavior adalah dengan melaksankan delapan kriteria yang sangat penting bagi pelaksanaan program behavior safety. Apakah itu?
- PARTISIPASI KARYAWAN. Salah satu sebab keberhasilan behavior safety adalah karena melibatkan seluruh pekerja dalam safety management. Pada masa sebelumnya safety management bersifat top-down dengan tendensi hanya berhenti di management level saja. Hal ini berarti para pekerja yang berhubungan langsung dengan unsafe behavior tidak dilibatkan dalam proses perbaikan safety performance. Behavior safety mengatasi hal ini dengan menerapakn sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman dibidangnya terlibat langsung dalam mengidentifikasi unsafe behavior. Dengan keterlibatan workforce secara menyeluruh dan adanya komitmen, ownership seluruh pekerja terhadap program safety maka proses improvement akan berjalan dengan baik.
- FOKUS SAJA PADA UNSAFE BEHAVIOR YANG SPESIFIK. Alasan lain keberhasilan behavioral safety adalah memfokuskan pada unsafe behavior (sampai pada proporsi yang terkecil) yang menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. Menghilangkan unsafe behavior berarti pula menghilangkan sejarah kecelakaan kerja yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Untuk mengidentifikasi faktor di lingkungan kerja yang memicu terjadinya unsafe behavior para praktisi menggunakan teknik behavioral analisis terapan dan memberi reward tertentu pada individu yang mengidentivikasi unsafe behavior. Praktisi lain juga mengidentifikasikan kekurangan sistem managemen yang berhubungan agar cepat ditangani sehingga tidak lagi memicu terjadinya unsafe behavior. Unsafe atau safety behavior yang teridentifikasi dari proses tersebut disusun dalam chek list dalam format tertentu, kemudian dimintakan persetujuan karyawan yang bersangkutan. Ketika sistem behavioral safety semakin matang individu menambahakan unsafe behavior dalam check list sehingga dapat dikontrol atau dihilangkan. Syarat utama yang harus dipenuhi yaitu, unsafe behavior tersebut harus observable, setiap orang bisa melihatnya.
- PAKAI DATA HASIL OBSERVASI. Observer memonitor safety behavior pada kelompok mereka dalam waktu tertentu. Makin banyak observasi makin reliabel data tersebut, dan safety behavior akan meningkat. Jadi yang menangani K3 itu bukannya bekerjanya hanya lihat peraturan perundangan saja atau banyak di meja, tetapi lakukanlah PENGAMATAN di tempat kerja sesering mungkin, jadikanlah itu bahan argumentasi perubahan. Kalau susah dalam pelaksanaan pengamatan, panggil Mahasiwa K3 sekalian melalui program magang, Skripsi atau Thesis mereka
- PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN BERDASARKAN DATA. Hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data prosentase jumlah safety behavior. Berdasarkan data tersebut bisa dilihat letak hambatan yang dihadapi. Data ini menjadi umpan balik yang bisa menjadi reinforcement positif bagi karyawan yang telah berprilaku safe, selain itu bisa juga menjadi dasar untuk mengoreksi unsafe behavior yang sulit dihilangkan. Bahasa kerennya MERUBAH PAKSA DENGAN ARGUMENTASI DATA
- MELIBATKAN INTERVENSI SECARA SISTIMATIS DAN OBSERVASIONAL. Keunikan sistem behavior safety adalah adanya jadwal intervensi yang terencana. Dimulai dengan briefing pada seluruh departemen atau lingkungan kerja yang dilibatkan, karyawan diminta untuk menjadi relawan yang bertugas sebagai observer yang tergabung dalam sebuah project team. Observer ditraining agar dapat menjalankan tugas mereka. Kemudian mengidentifikasi unsafe behavior yang diletakkan dalam check list. Daftar ini ditunjukkan pada para pekerja untuk mendapat persetujuan. Setelah disetujui, observer melakukan observasi pada periode waktu tertentu (+ 4 minggu), untuk menentukan baseline. Setelah itu barulah program interverensi dilakukan dengan menentukan goal setting yang dilakukan oleh karyawan sendiri. Observer terus melakukan observasi. Data hasil observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan feed back bagi para karyawan. Team project juga bertugas memonitor data secara berkala, sehingga perbaikan dan koreksi terhadap program dapat terus dilakukan. INI MEMERLUKAN REKAYASA SISTEMATIS YANG POSITIF, jadi perlu kerja team K3
- MENITIKBERATKAN PADA UMPAN BALIK TERHADAP PERILAKU KERJA. Dalam sistem behavior safety umpan balik dapat berbentuk: umpan balik verbal yang langsung diberikan pada karyawan sewaktu observasi; umpan balik dalam bentuk data (grafik) yang ditempatkan dalam tempat-tempat yang strategis dalam lingkungan kerja; dan umpan balik berupa briefing dalam periode tertentu dimana data hasil observasi dianalis untuk mendapatkan umpan balik yang mendetail tantang perilaku yang spesifik. (Visualisasi dalam bentuk Poster, Video dll, buatlah semenarik mungkin)
- DUKUNGAN ATASAN. Komitmen management terhadap proses behavior safety biasanya ditunjukkan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam menjalankan tugasnya, memberikan penghargaan yang melakukan safety behavior, menyediakan sarana dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan, membantu Menyusun dan menjalankan umpan balik, dan meningkatkan inisiatif untuk melakukan safety behavior dalam setiap kesempatan. Dukungan dari manajemen sangat penting karena kegagalan dalam penerapan behavior safety biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dan komitmen dari manajemen.
- KONSISTENSI PELAKSANAAN KE-7 POINT DI ATAS.Ini tidak perlu dijelaskan lagi
Salam aman
www.improvementqhse.com