FMEA menganalisa penyebab kegagalan pada proses, lokasi dimana kegagalan tersebut terjadi, misalkan kegagalan yang bisa terjadi pada proses Electroplating:
– Ketebalan kurang dari standar
– Ketebalan melebihi standard
– Ada kotoran yang melekat
– Hasil Coating mudah lepas
Kegagalan yang ada harus diidentifikasi penyebabnya lalu penyebab tersebut harus dikontrol untuk dihilangkan atau dicegah, sedangkan performance test adalah tindakan untuk memastikan suatu proses sudah sesuai terhadap standard. Misalkan diproses electroplating terdapat pengujian:
– Tahan Korosi (salt spray), untuk memastikan lapisan coating mempunyai ketahanan yang diinginkan,
– Uji ketebalan untuk memastikan ketebalan coating sudah sesuai ketentuan
kalau pun ada ketidaksesuaian di kedua pengujian tersebut, penyebab kegagalannya bukan di pengujiannya tetapi di proses coatingnya.
Contoh pross lain yang saya harapkan bisa memperjelas:
– Tegangan tarik uji las yang di bawah standar nilai kekuatan, penyebab kegagalan tersebut bukan sewaktu pengujiannya tetapi sewaktu pelaksanaan pengelasannya
– Kegagalan sewaktu uji produk casting, produk kropos yang diakibatkan proses mixing. Kegagalan bukan dipengujiannya tetapi pada proses mixingnya
Artinya, dengan performance test kita mengetahui apakah ketentuan spesifikasi sudah dipenuhi di proses tersebut, bukan mengidentifikasi penyebab kegagalannya. Oleh karena itu pelaksanaan performance test tidak dimasukkan ke dalam FMEA
BILA CARA PENGUKURAN YANG SALAH
Tetapi jika kita curiga terhadap sistem pengukuran tidak tepat, misalnya sistem pengukuran tidak menghasilkan data yang benar, maka pengujian terhadap sistem pengukuran dilakukan di MSA bukan di FMEA, contoh:
– Kesalahan dalam mengevaluasi hasil impact, misalkan evaluasi permukaan patah uji Impact. Kesalahan terletak pada sistem pengukuran dan itu bisa dipelajari dengan MSA
Lihat materi Manual MSA untuk lebih memahami variasi sewaktu pelaksanaan MSA
Semoga bermamfaat,
www.improvementqhse.com